elderforamerica – Gus Miftah belakangan ini kembali menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Tokoh agama yang dikenal dengan pendekatannya yang santai dan penuh kreativitas dalam berdakwah, kini terlibat dalam beberapa kontroversi yang membuatnya berada di tengah sorotan publik. Dari insiden video “toyor” kepala istrinya hingga kritik pedagang es teh dalam ceramahnya, berikut adalah rangkuman kontroversi terbaru yang melibatkan Gus Miftah.
‘Toyor’ Istri di Depan Umum: Kontroversi atau Candaan?
Dalam video tersebut, Gus Miftah terlihat berkali-kali menoyor kepala istrinya sambil bercanda. Banyak yang menilai bahwa tindakan semacam ini dapat mempermalukan sang istri dan memberikan contoh yang buruk bagi masyarakat.
Menurutnya, tidak ada maksud untuk mempermalukan sang istri, dan video tersebut tidak lebih dari sekadar guyonan. Meskipun demikian, banyak yang berpendapat bahwa sebagai figur publik, seorang tokoh agama harus lebih berhati-hati dalam bertindak, terutama ketika berkaitan dengan interaksi di depan umum.
Kritik Pedagang Es Teh: Ceramah yang Menyinggung?
Selain insiden “toyor” istrinya, Gus Miftah juga mendapat perhatian negatif terkait ceramahnya di Magelang, yang melibatkan kritik terhadap seorang pedagang es teh bernama Sunhaji. Kritik ini beredar luas di media sosial dan memicu polemik tentang bagaimana seorang ulama harus berbicara di hadapan umat.
Menanggapi peristiwa ini, Gus Miftah tidak hanya meminta maaf kepada Sunhaji tetapi juga kepada masyarakat yang merasa tersinggung dengan ucapannya. Ia mengungkapkan bahwa kejadian tersebut adalah kekhilafan dan ia berjanji untuk lebih hati-hati dalam berucap di masa depan.
Kontroversi Toleransi Agama: Ceramah di Gereja
Dalam acara tersebut, Gus Miftah memberikan orasi tentang toleransi dan kerukunan antarumat beragama, yang menuai kritik dari sebagian umat Muslim. Beberapa pihak menilai bahwa ceramah di gereja oleh seorang tokoh agama Muslim merupakan hal yang berlebihan, meskipun Gus Miftah beralasan bahwa ia hanya menyampaikan pesan kebangsaan dan kerukunan umat beragama. Meskipun mendapat kritik, Gus Miftah menjelaskan bahwa tujuannya adalah untuk menyampaikan pesan damai dan toleransi, bukan untuk merendahkan agamanya sendiri.